Sekarang kami akan melakukan sesuatu ala Hilda Van Suylenburg: seorang ibu yang dengan bayi dalam gendongan pergi bekerja. (R.A. Kartini)
Seiring dengan banyaknya perempuan yang melangkah di ranah publik timbullah persoalaan karena perempuan memiliki kondrat sebagai ibu yang air susunya untuk anak tidak dapat tergantikan oleh apapun.
Air Susu Ibu (ASI) adalah penghubung antara ibu dan anak. Hal tersebut terlihat dari beberapa peribahasa seperti Indonesia ‘Kebu Nyusu Godel’ dan ‘Air Susu Dibalas dengan Air Toba’. Kedua peribahasa tersebut memberi gambaran hubungan antara anak dan ibu terdapat air susu sebagai perantara. Nyusu atau meminum susu dalam ‘Kebo Nyusu Godel’ berarti belajar atau mencari ilmu. Peribahasa ini memang kontradiktif karena biasanya orang anak yang belajar kepada orang tuanya karena zaman sudah berubah maka orang tua belajar kepada anak.
Dalam peribahasa ‘Air Susu Dibalas dengan Air Toba’ susu berarti sebuah minuman yang mulia, berharga yang diberikan oleh orang tua maka anak yang membalasnya dengan air toba pastilah anak yang durhaka. Peribahasa ini memberi penjalasan tentang anak yang membalas kebaikan orang tuanya dengan keburukan.
Karena perempuan banyak di ruang publik seperti di pabrik, kantor, maupun sekolah maka perannya sebagai ibu yaitu menyusui menjadi terhambat. Para pembisnis mencium aroma uang dalam persalan ini. Mereka menawarkan susu formula yang menjanjikan kepraktisan.
Dalam iklan-iklannya, susu formula tidak hanya membantu anak tumbuh fisiknya tetapi juga kecerdasan dan perilakunya. Seperti anak yang tiba-tiba bisa membukakan pintu ketika tamu datang setelah meminum susu formula.
Akibat iklan yang masif dan terjadi bertahun-tahun tersebut maka mengonsumsi susu formula dianggap hal yang lumrah sebaliknya menyusui dengan ASI dianggap aneh. Ibu yang menyusui menggunakan ASI mendapat tekanan dari orang tua, diperolok tetangga sebagai ibu yang pelit. Tidak hanya itu, tantangan ibu menyusui dengan ASI , bagi ibu yang bekerja di kantor apalagi di pabrik belum banyak kantor dan pabrik yang menyediakan tempat untuk memerah ASI.
Padahal ASI sangat penting bagi pertumbuhan anak. WHO bahkan melarang pengunaan makanan selain ASI dalam rentang usia anak satu sampai enam bulan. Mantan menteri kesehatan RI, Endang Rahayu Setyonongsih dalam sebuah talkshow di salah satu stasiun TV swasta, dulu sudah berencana melarang iklan susu formula yang akan dilaksanakan pada tahun 2011.
Ia menjelaskan bahwa alasan pelarangan tersebut adalah mandat Undang-Undang Kesehatan tahun 2019 nomor 36. Di dalam undang-undang tersebut telah dimandatkan harus ada peraturan pemerintah tentang penggunaan ASI.
“Saya belajar dari rekan-rekan menteri kesehatan di negara-negara lain kalau hanya kita mencoba mengubah perilaku masyarakat maka itu tidak cukup kuat karena adanya dorongan-dorongan dan iming-iming dari produsen susu formula, maka harus diperkuat dengan aturan. Maka dalam hal ini pemerintah harus menunjukkan sikap yang tegas, sehingga produsen, rumah sakit juga ikut pada aturan yang sudah ditetapkan.” Kata Endang tentang rencananya melarang iklan susu formula.
Nilai-nilai Kartini
Apakah Kartini harus juga ikut bertanggung jawab atas anak-anak yang tidak lagi mendapat aliran susu ibunya? Karena inspirasinya dianggap menginspirasi perempuan untuk keluar rumah? Saat ini sering kita dengar olok-olok “Itulah emansipasi kebablasan” atau “itu lho hasil dari perjuangan Kartini.” Tudingan terhadap Kartini ini keluar saat terjadi perilaku buruk yang dilakukan oleh kaum perempuan.
Jika kita jeli dan mau belajar maka kita tidak mengkin melempar tudingan tersebut kepada Kartini. Berikut ini adalah nilai-nilai Kartini yang tersuara dalam surat-suratnya kepada sahabat-sabahatnya dalam buku ‘Panggil Aku Kartini Saja’ karya Pramoedya Ananta Toer dan, ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ susunan dari Armijn Pane.
Dengarkanlah kutipan surat Kartini yang ia kirimkan kepada sabahatnya Nyonya Abbendanon: “Sekarang kami akan melakukan sesuatu ala Hilda Van Suylenburg: seorang ibu yang dengan bayi dalam gendongan pergi bekerja. (Rembang, 08 Juni 1904).” Kartini seperti memberi pesan kepada kita anak cucunya untuk bekerja dan tetap menyayangi anaknya. Caranya bagaimana? Dengan mengajaknya ke tempat bekarja atau kalau hal itu tidak memungkinkan jadilah ibu perah. Tetap memberikan anak ASI melalui metode ASI perah.
--Muhajir Arrosyid, Dosen FPBS Universitas PGRI Semarang.
"Tentang" - Google Berita
April 21, 2020 at 07:57AM
https://ift.tt/2VpfnGn
Pesan Kartini tentang Pengasuhan Anak - ayosemarang.com
"Tentang" - Google Berita
https://ift.tt/2pFrqlx
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pesan Kartini tentang Pengasuhan Anak - ayosemarang.com"
Post a Comment